Malu Dong !



Malu adalah, rasa tidak enak hati, perasaan tidak tenang, takut, was-was yang timbul ketika seseorang akan melakukan perbuatan yang melanggar aturan, norma, etika, atau larangan Allah.
Dalam Islam ada hadits tentang malu yang berbunyi "Al-haya'u minal iman", malu adalah sebagian dari iman. Jadi jika seseorang tidak memiliki rasa malu maka berarti telah hilang sebagian imannya. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda yang artinya :"Jika kamu tidak punya rasa malu, maka berbuatlah semaumu". Tidak ada seorang pun yang berakal dan masih waras akalnya akan bertindak semaunya. Hanya orang gila dan orang yang hilang ingatan saja yang akan berbuat semaunya. Setiap kita akan melakukan tindakan, tentulah pasti kita perhitungkan apa keuntungan dan akibatnya, dan kita sesuaikan dengan norma yang ada, serta perasaan orang-orang di sekitar kita.
Malu bisa kita ibaratkan REM dalam sebuah sepeda atau kendaraan. Rem berfungsi untuk mengurangi kecepatan laju sepeda atau kendaraan. Jika sepeda atau kendaraan tidak memiliki rem, maka akan sangat berbahaya bila kendaraan tersebut dalam kecepatan tinggi kemudian ada bahaya di depannya yang harus dihindari. Akibatnya kendaraan terus melaju kencang dan menabrak apa pun yang ada di depannya, atau meluncur jatuh ke jurang. Dan celakalah pengemudi dan penumpangnya. Terluka, atau mati ! Demikian juga dengan perilaku, bila tidak ada rem nya maka akan tidak terkendali, menabrak apa saja norma, etika atau hukum yang ada, akibatnya si pelaku akan mendapatkan sanksi baik moral, hukum dan tentu saja dosa. Dan rem bagi perilaku/perbuatan kita adalah rasa malu.
Sebagaimana layaknya rem, maka dia akan berfungsi dan ada fungsinya jika digunakan sebelum terjadinya kecelakaan, saat kendaraan meluncur kencang dan perlu dikurangi kecepatannya, sehingga kecelakaan yang mematikan bisa dihindarkan. Sebuah rem tidak akan ada fungsinya dan sia-sia ketika digunakan setelah terjadi kecelakaan. Setelah terjadi kecelakaan yang mematikan, sopir baru menekan pedal rem, ini sesuatu yang sia-sia, tidak ada arti dan fungsinya. Demikian juga dengan malu sebagai rem perilaku kita. Dia akan berfungsi dengan baik mengendalikan perilaku kita, ketika kita gunakan sebelum melakukan suatu perbuatan yang melanggar, yang akan mencelakakan kita. Kita menjadi tidak jadi melakukan perbuatan yang melanggar, bila kita gunakan rem rasa malu ini sebelumnya. Namun ketika setelah suatu perbuatan tidak baik, amoral, melanggar aturan kita lakukan, baru kita memiliki rasa malu, maka malu yang seperti ini menjadi tidak begitu ada fungsinya. Tetapi hal ini masih jauh lebih baik, karena seperti kita ketahui, banyak pejabat korup, para penjahat yang tidak memiliki rasa malu ini ketika perbuatannya diketahui dan diproses hukum. Roman wajah mereka kelihatan biasa-biasa saja, bahkan tak jarang tampil di layar TV dan media massa dengan senyum lebar mengembang. Inilah yang disebut "tak punya rasa malu yang sempurna"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Valentine Day, Apaan tuh ?


Boleh jadi tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang.
Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasana valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun
.
Valentine’s Day menurut literatur ilmiah yang kita dapat menunjukkan bahwa perayaan itu bagian dari simbol agama Nasrani. Bahkan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal ari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.
The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul : Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998).
Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno.
Kalau dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri perayaan Natal masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga ada fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus buat umat Islam.
Mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain.
Valentine Berasal dari Budaya Syirik.
Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.
Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid (bayi bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.

Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.
Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya pada perbuatan dosa besar yang tak terampuni, dan hanya neraka sebagai balasannya.
Semangat valentine adalah Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa. Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.
Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.
Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks?
Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi, yang dilindungi undang-undang. Bahkan para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan teman-temannya (edan bukan?). Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja. Allah SWT berfirman tentang zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Isra’: 32)



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bimbingan Konseling

Foto saya
Nganjuk, Jawa Timur, Indonesia
VISI : Terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal dengan hakekat kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT, sebagai makhluk individu, dan makhluk sosial dalam berhubungan dengan manusia dan alam semesta. Misi : Menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat menjalani kehidupannya sehari-hari sebagai siswa secara efektif, kreatif, dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karis dalam : 1.Pemahaman perkembangan diri dan lingkungan 2.Beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT 3.Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual 4.Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ, dan SQ 5.Pengaktualisasian diri secara optimal
Anang Dwijo Suryanto. Diberdayakan oleh Blogger.