Generasi Remote Control

Suatu kegiatan yang sudah menjadi rutinitas, artinya sudah menjadi kegiatan yang biasa dilakukan, rutin dilakukan, semestinya kegiatan tersebut menjadi kegiatan yang mudah dan ringan untuk dikerjakan. Seperti upacara bendera hari Senin misalnya. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap hari Senin, dimulai jam 07.00 atau menunggu kesiapan petugas upacara.
Idealnya setiap siswa sudah mengetahui apa yang harus dilakukan begitu bel tanda masuk jam 07.00 berbunyi. Prosedur standartnya tentulah akan seperti ini :
1. Berkemas mengenakan perlengkapan seragam, dasi, topi dll
2. Jika di dalam kelas, segera keluar kelas menuju lapangan upacara
3. Tiba di lapangan upacara, berbaris sesuai barisan kelasnya masing-masing
4. Siap mengikuti kegiatan upacara dengan tertib.


Namun yang terjadi dari hari Senin ke hari Senin berikutnya tiap bulan dan tahun adalah :
  1. Beberapa siswa masih menyandang dasi yang harusnya sudah dikenakan
  2. Siswa yang ada di dalam kelas bergerombol tidak segera keluar kelas, menunggu guru menyuruh keluar kelas
  3. Begitu keluar kelas, begitu guru yang menyuruh untuk keluar kelas berlalu, ke kelas lain, mereka bergerombol di depan kelas, tidak segera ke lapangan
  4. Sesampai di depan kelas, disuruh ke lapangan, dengan sama sekali tidak bersemangat baru berbondong ke lapangan.
  5. Di lapangan, sebagian masih duduk-duduk, ngobrol tidak segera berbaris, hingga ada komando dari guru untuk segera berbaris.
Demikianlah fenomena yang terjadi dari Senin ke Senin berikutnya, menjelang upacara bendera, yang menyita tak kurang dari 20 - 30 menit waktu. Jika diamati secara seksama, tak ubahnya sebuah mainan robot yang dikendalikan dengan remote control, yang tiap akan melakukan langkah atau gerakan menunggu diremote dari pemiliknya.

Tak hanya kegiatan upacara bendera, ternyata di hampir kegiatan yang lain ada kecenderungan siswa menunggu gurunya menekan tombol-tombol remote control untuk kemudian mereka melakukan hal-hal yang semestinya dilakukan. Seperti kegiatan sholat berjama'ah, mulai dari menuju ke tempat wudhu, sesampai di tempat wudhu melepas sepatu, setelah melepas sepatu segera berwudhu, setelah berwudhu segera masuk mushola, di dalam mushola segera mengenakan peralatan sholatnya, nyaris semua langkah-langkah tersebut, menunggu siswa diperintah gurunya. Sampai pada kegiatan PBM, untuk menyiapkan atau mengeluarkan buku, atau mencatat hal-hal yang mungkin penting dan perlu dicatat, mereka terbiasa menunggu diremote oleh gurunya.

Tak heran dalam setiap kesempatan, sering saya sampaikan pada mereka kekhawatiran saya akan datangnya suatu masa ketika, sebuah generasi hanya akan mau bergerak jika tombol-tombol yang ada di remote control itu ditekan. Kesadaran melakukan hal-hal yang harus dilakukan tanpa menunggu perintah, ketrengginasan dalam melakukan sesuatu, tidak lelet atau lemot, memang perlu ditanamkan dan ... yang terpenting adalah, ... diberi contoh atau keteladanan kepada mereka. Tidak hanya menuntut, tanpa memberikan teladan.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tepat waktu, susah ya ?

Sebuah sms dari teman luar kota datang pagi itu. Permintaan dukungan dan doa, karena akan mengikuti perlombaan. Satu setengah jam kemudian, datang lagi sms darinya. Kali ini isinya keluhan, undangan lomba jam 07.00 hingga sekarang jam 08.45, para juri belum datang. Tentu saja kegiatan belum bisa dilaksanakan.

Terlambat, .. ya, .. kondisi yang tak asing bagi kita. Hampir-hampir tak bisa kita jumpai kondisi suatu kegiatan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang tertulis di undangan atau yang direncanakan. Dan hal ini nyaris membudaya, ..  Sejauh pengalaman dalam rapat dinas yang pernah saya ikuti, tak sekalipun terlaksana persis pada saat seperti jam yang tertera di dalam undangan atau edaran yang disampaikan. Dan rentang waktu keterlambatan pun cukup panjang, berkisar antara 25 menit sampai 45 menit, kadang sampai 1 jam. Seperti kasus teman yang sms tadi, ketika pada akhirnya saya tanyakan, molor atau terlambat berapa jam, jawabnya : 2½ jam. Wow ... luar biasa ! Seakan melengkapi kisah keterlambatan teman tadi, pagi ini jam 08.00 saya mengundang sejumlah wali murid untuk membahas permasalahan yang dihadapi anak-anaknya, karena perlu keterlibatan Wali Kelas, maka ybs saya undang sehari sebelumnya. Namun hingga kegiatan pertemuan berlangsung dan hampir usai, wali kelas belum juga hadir. Dan ketika dihubungi via telepon, yang bersangkutan ... baru mau akan berangkat ke sekolah.

Kegiatan-kegiatan formal seperti workshop atau pelatihan saja tak luput dari virus "terlambat" ini, apalagi untuk kegiatan yang non-formal. Terlebih ketika suatu kegiatan dihadiri atau dibuka oleh pejabat penting atau pejabat yang merasa dirinya penting. Walah, ... ! Pernah ada kegiatan yang melibatkan langsung anak-anak balita, harus menunggu dan terlambat berjam-jam dari yang direncanakan, gara-gara pejabat yang bersangkutan belum datang. Bisa dibayangkan betapa risau dan gelisahnya anak-anak itu menunggu dengan kondisi berkostum yang aneh dan tidak lazim, seperti saat karnaval atau parade.
Kondisi memprihatinkan ini, menjadi jauh lebih memprihatinkan ketika terjadi di ranah pendidikan. Ketika sebuah kegiatan pembelajaran senantiasa diwarnai dengan keterlambatan kehadiran pengajar atau pendidiknya masuk kelas. Hal ini menjadi lebih parah ketika tingkat kedisiplinan siswanya juga rendah. Yang terjadi adalah ketidak teraturan, kesemrawutan, di mana para siswa berkeliaran ke sana ke mari, mengganggu kelas lain. Tak jarang terjadi hal-hal yang membahayakan siswa akibat ulah yang diperbuatnya di rentang waktu sesaat keterlambatan kedatangan gurunya ini. Bercanda berlebihan, hingga perkelahian.

Apapun alasannya, marilah kita coba berusaha untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah terjadwal, kita rencanakan atau sudah menjadi rutinitas dengan tepat waktu dan tidak terlambat, sebagai salah satu tolok ukur kedisiplinan. Disiplin waktu.Terlebih bagi pendidik yang menjadi barometer keteladanan di sekolah.
Semoga.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gemplo Oh ... Gemplo ...

Kisah ini terjadi sekitar 30 tahun yang lalu, sekitar tahun 1983. Kisah Gemplo, seorang anak yatim piatu yang telah ditinggal mati kedua orang tuanya. Saat berusia 9 tahun, ketika Bapaknya meninggal karena sakit bengek dan umur 11 tahun saat Ibunya meninggal karena sakit muntaber akut. Gemplo yang anak tunggal diasuh oleh pamannya yang pemulung, sampai usia 15 tahun atau pada saat dia duduk di bangku kelas 3 SMP. Sejak SD hingga kelas 1 SMP, Gemplo yang wajahnya melas melankolis, yang hitam dan selalu berminyak itu tidak pernah menunjukkan tanda-2 sebagai anak nakal atau bandel. Gelagat dan bakat tersebut mulai nampak menonjol di kelas 2. Diawali dengan kebiasaan terlambat masuk sekolah dan masuk kelas saat pergantian jam pelajaran, lalu sering membolos, tidak mengerjakan tugas atau PR, tidur saat pelajaran berlangsung, cuek dan tidak respek pada guru yang mengajar, terlebih yang tidak mengajarnya, mengganggu teman, mengancam, sampai pada tindak asusila pada teman perempuan.Tak kurang dari Guru, Wali Kelas, Guru BK, Bapak Wakil Kepala Sekolah, bahkan Bapak Kepala Sekolah, sudah pernah menangani si Gemplo ini. Namun kelakuan si Gemplo tak juga berubah. Suatu ketika Wali Kelas mencoba menyentuh hati dan perasaan Gemplo dengan mengingatkan pada almarhum orang tuanya. Tergetar dg sentuhan Wali Kelas berpengaruh pada kelakuan Gemplo. Namun itu hanya bertahan sesaat.
Hari-2 berikutnya kembali Bapak dan Ibu Guru disibukkan dan direpotkan dengan ulah dan akibat dari ulah Si Gemplo. Puncaknya adalah ketika Si Gemplo duduk di kelas 3, berbarengan dengan lulusnya dia dari perguruan bela diri "Alap-alap Samber Nyowo, Rawedi Sopo-sopo". Seolah mendapat kekuatan super, Si Gemplo semakin menjadi-jadi tingkahnya. Tak terhitung berapa banyak temannya yang jadi korban minta-2 paksanya, menjadi lawan berkelahinya, yang tentu banyak kalahnya. Terhadap Guru-2, sudah tak ada lagi rasa takut. Jangankan takut, rasa hormat, menghargai dan memandang sebelah mata saja tidak singgah di hati Gemplo. Sungguh, Gemplo yang secara fisik & kehidupan ekonomis ini sangat patut dikasihani ternyata malah sering makan hati dan melukai hati guru-2nya. Ya .. Guru yang mestinya dihargai sebagai wakil dan pengganti orang tuanya, terlebih orang tuanya sudah meninggal. Sama sekali tidak ada sopan santun terhadap gurunya. Tiap kali ditegur, dia menjawab mengomel sambil matanya menatap berani penuh tantangan, seperti gaya preman saat beraksi. Dalam suatu forum, guru-2 membahas kelakuan Gemplo yg sudah kelewatan ini. Membahas tindakan tegas pada Gemplo ini, Apakah sebaiknya di DO saja, mengingat prestasi belajar sangat rendah dan catatan kenakalannya sudah sedemikian banyak. Namun sebagian besar guru, meski banyak yang sakit hati atas perlakuan Gemplo pada beliau, masih menaruh belas kasihan dan kemanusiaan, mengingat kondisi memprihatinkan Gemplo di rumah, dan akhirnya sepakat memberi kesempatan Gemplo tetap bersekolah sampai dia bisa mengikuti EBTANAS. Dan hari-2 di sekolah pun berlalu dg diwarnai aksi sporadis brutalis dan premanis dari Gemplo, sosok yang ketiadaannya jauh lebih diharapkan, daripada keberadaannya. Hingga suatu hari terjadi kegaduhan luar biasa di pagar belakang sekolah dekat kantin. Beberapa siswi berseragam Olah Raga berteriak histeris sambil menunjuk ke arah pagar berkawat berduri setinggi 2,5 meter sambil sesekali menutup wajahnya, seperti melihat sesuatu yang mengerikan.
Beberapa siswa berlari ke Ruang Guru melaporkan apa yang terjadi kepada Bapak Ibu Guru, yang mungkin ada di sana. "Ada apa ini ?" "Anu Pak, .. ada anak nyangkut di pagar kawat berduri Pak !" jawab si anak terbata-2. "Kamu ini ngomong yang bener ! Anak koq nyangkut di pagar, kayak sampah saja !" Dan ketika dua orang Guru tiba di TKP, beliau melihat pemandangan yang sangat mengerikan. Sosok seorang anak berpakaian seragam sekolah dengan baju robek di bagian perut, celana robek di bagian selangkangan. Dengan usus terburai dan penis hampir putus, berlumur darah segar mengguyur bagian wajah & kepalanya yang lunglai ke bawah. "Gemplo Pak .. ! Itu Gemplo Pak .. ! Teriak anak-2 histeris. Sebagian lari menjauh dengan wajah ketakutan ... sebagian lagi muntah-muntah di tempat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Preman Sekolah

PREMAN biasanya berkeliaran di tempat-tempat ramai seperti terminal, perempatan jalan, mall atau di pasar. Mereka adalah orang-orang yang seringkali membuat keributan dan tidak aman di tempat di mana dia berada. Ulah mereka sangat meresahkan. Mereka minta uang (malak) para pedagang kecil, tukang becak, atau orang-orang yang lalu lalang. Mengancam jika tidak diberi uang dengan berbagai ancaman sampai pada mengancam akan membunuh. Tampang mereka biasanya sangar, dengan hiasan tatto yang semakin menambah ngeri orang yang melihatnya.
Ternyata di sekolah, di tempat yang semestinya menjadi tempat yang mulia untuk menimba ilmu, menempa akhlaq dan kepribadian, ada juga PREMAN. Mereka biasanya siswa yang sudah duduk di kelas atas, kalau di SMP ya kelas IX, kalo di SMA ya kelas XII begitu. PREMAN-PREMAN ini biasanya berkeliaran di depan dan di dalam ruang kelas adik kelasnya dengan ulahnya yang sama dengan PREMAN di terminal atau di tempat umum lain yang rawan, di mana biasanya preman mangkal. Mereka minta paksa uang pada adik kelasnya, dengan mengancam. Tak jarang teman satu kelasnya juga menjadi korban kebrutalan sikap dan perbuatannya. Beberapa diantaranya mengambil barang dengan paksa milik adik kelasnya yang disimpan di tas untuk dijadikan sebagai jaminan atau tebusan. Jika si adik kelas ingin barangnya kembali atau dikembalikan, maka harus membayar sejumlah uang pada si PREMAN ini. Sungguh menyedihkan dan menyebalkan ulah PREMAN-PREMAN di sekolah ini. Mereka sering membuat resah dan takut siswa-siswa di sekolah. Sekolah tak lagi menjadi tempat yang aman dan nyaman. Yang jelas ketika salah satu orang tua si PREMAN ini diberitahu bahwa anaknya sering minta-minta uang dengan paksa di sekolah, dan ditanya apakah orang tua tidak pernah memberi uang saku kepada anaknya sehingga anaknya menjadi PREMAN, si orang tua menangis tersedu-sedu, malu dan menyesali perbuatan anaknya yang sangat memalukan tersebut. Orang tua sebenarnya tiap hari telah memberikan uang saku kepada anaknya. Dia juga heran mengapa sampai anaknya berbuat seperti itu. Dan mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pihak sekolah. Dan mohon sekolah mendata siswa-siswa yang pernah dimintai uang, karena orang tua walaupun kondisinya miskin, namun karena didorong perasaan malu dan rasa tanggung jawab, ingin mengembalikan uang yang telah diminta paksa oleh anaknya yang suka memalak itu, walau harus pinjam uang/berhutang sekalipun. Dan kepada pihak sekolah orang tua titip pesan untuk menyampaikan rasa maaf orang tua atas perbuatan anaknya tersebut, perbuatan yang hanya pantas dilakukan oleh PREMAN atau PENJAHAT ! Bagi para siswa dimohon lebih berhati-hati dengan barang berharga yang dibawanya terutama uang. Harap segera melaporkan apabila telah menjadi korban si PREMAN. Dan bagi para PREMAN, segeralah sadar san bertobat ! Tinggalkan kesan baik sebelum kalian lulus dari sekolah ! Agar adik-adik kelas tidak mengenang hal-hal buruk tentangmu sepeninggalmu !

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Malu Dong !



Malu adalah, rasa tidak enak hati, perasaan tidak tenang, takut, was-was yang timbul ketika seseorang akan melakukan perbuatan yang melanggar aturan, norma, etika, atau larangan Allah.
Dalam Islam ada hadits tentang malu yang berbunyi "Al-haya'u minal iman", malu adalah sebagian dari iman. Jadi jika seseorang tidak memiliki rasa malu maka berarti telah hilang sebagian imannya. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda yang artinya :"Jika kamu tidak punya rasa malu, maka berbuatlah semaumu". Tidak ada seorang pun yang berakal dan masih waras akalnya akan bertindak semaunya. Hanya orang gila dan orang yang hilang ingatan saja yang akan berbuat semaunya. Setiap kita akan melakukan tindakan, tentulah pasti kita perhitungkan apa keuntungan dan akibatnya, dan kita sesuaikan dengan norma yang ada, serta perasaan orang-orang di sekitar kita.
Malu bisa kita ibaratkan REM dalam sebuah sepeda atau kendaraan. Rem berfungsi untuk mengurangi kecepatan laju sepeda atau kendaraan. Jika sepeda atau kendaraan tidak memiliki rem, maka akan sangat berbahaya bila kendaraan tersebut dalam kecepatan tinggi kemudian ada bahaya di depannya yang harus dihindari. Akibatnya kendaraan terus melaju kencang dan menabrak apa pun yang ada di depannya, atau meluncur jatuh ke jurang. Dan celakalah pengemudi dan penumpangnya. Terluka, atau mati ! Demikian juga dengan perilaku, bila tidak ada rem nya maka akan tidak terkendali, menabrak apa saja norma, etika atau hukum yang ada, akibatnya si pelaku akan mendapatkan sanksi baik moral, hukum dan tentu saja dosa. Dan rem bagi perilaku/perbuatan kita adalah rasa malu.
Sebagaimana layaknya rem, maka dia akan berfungsi dan ada fungsinya jika digunakan sebelum terjadinya kecelakaan, saat kendaraan meluncur kencang dan perlu dikurangi kecepatannya, sehingga kecelakaan yang mematikan bisa dihindarkan. Sebuah rem tidak akan ada fungsinya dan sia-sia ketika digunakan setelah terjadi kecelakaan. Setelah terjadi kecelakaan yang mematikan, sopir baru menekan pedal rem, ini sesuatu yang sia-sia, tidak ada arti dan fungsinya. Demikian juga dengan malu sebagai rem perilaku kita. Dia akan berfungsi dengan baik mengendalikan perilaku kita, ketika kita gunakan sebelum melakukan suatu perbuatan yang melanggar, yang akan mencelakakan kita. Kita menjadi tidak jadi melakukan perbuatan yang melanggar, bila kita gunakan rem rasa malu ini sebelumnya. Namun ketika setelah suatu perbuatan tidak baik, amoral, melanggar aturan kita lakukan, baru kita memiliki rasa malu, maka malu yang seperti ini menjadi tidak begitu ada fungsinya. Tetapi hal ini masih jauh lebih baik, karena seperti kita ketahui, banyak pejabat korup, para penjahat yang tidak memiliki rasa malu ini ketika perbuatannya diketahui dan diproses hukum. Roman wajah mereka kelihatan biasa-biasa saja, bahkan tak jarang tampil di layar TV dan media massa dengan senyum lebar mengembang. Inilah yang disebut "tak punya rasa malu yang sempurna"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Valentine Day, Apaan tuh ?


Boleh jadi tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang.
Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasana valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun
.
Valentine’s Day menurut literatur ilmiah yang kita dapat menunjukkan bahwa perayaan itu bagian dari simbol agama Nasrani. Bahkan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal ari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.
The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul : Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998).
Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno.
Kalau dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri perayaan Natal masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga ada fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus buat umat Islam.
Mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain.
Valentine Berasal dari Budaya Syirik.
Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.
Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid (bayi bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.

Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.
Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya pada perbuatan dosa besar yang tak terampuni, dan hanya neraka sebagai balasannya.
Semangat valentine adalah Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa. Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.
Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.
Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks?
Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi, yang dilindungi undang-undang. Bahkan para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan teman-temannya (edan bukan?). Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja. Allah SWT berfirman tentang zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Isra’: 32)



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HP Porno

Terulang lagi kasus siswa membawa HP dengan Blue Video Clip (Film Porno) di dalamnya. Mengiringi maraknya berita-berita peredaran film-film porno yang beredar di masyarakat, terutama yang dilakukan oleh pelajar, serta filmnya dibintangi oleh pelajar, yang seolah terinspirasi oleh tokoh idola mereka, macam luna maya, ariel, cut tari,  dsb.
Pro dan kontra tentang larangan siswa membawa HP ke sekolah. Yang pro, dalihnya "tak baguslah melarang pemanfaatan teknologi". Yang Kontra, "Banyak madharat (bahaya) nya ketimbang manfaatnya, terlebih HP di tangan anak seusia pelajar SD atau SMP, tak banyak fungsi/guna utama teknologi itu yang dimanfaatkan, yakni fungsi sebagai alat komunikasi. Di beberapa daerah yang peduli dengan dampak negatif HP ini, yang khawatir atas runtuhnya bangunan moral generasi emas penerus negeri ini dari dampak teknologi HP, yang sudah banyak terbukti, memberlakukan larangan tegas "siswa dilarang keras membawa HP ke sekolah".
Bagi mereka yang abai akan bahaya HP, yang "emang gue pikirin", serta yang mendewakan teknologi, menganggap membawa HP ke sekolah bukan sesuatu yang berbahaya dan membahayakan. Sehingga tak ada larangan sama sekali. Atau yang melarang tapi karena terpaksa, setengah hati, tetap mencantumkan larangan membawa HP ke dalam tata tertib sekolahnya. Hanya saja tak ada follow up serius untuk merazia secara berkala, periodik atau insidental serta ketegasan sanksi ketika ada yang melanggar. Hingga kasus siswa membawa HP yang di dalam memory card nya tersimpan puluhan bahkan ratusan film porno, jorok dan sangat tak pantas mereka konsumsi pun kembali terulang dan terulang. Yang menyedihkan dan lebih memprihatinkan ternyata pelaku nya tak hanya anak laki-laki saja, tapi juga wanita, sebagai wujud emansipasi mereka mungkin.  
 ?????????????
 

Dini, 31 Januari 2013

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Siapa Suruh Jujur Part Two

Di artikel seri kedua ini, menindaklanjuti layanan Informasi klasikal dengan tema “Menumbuhkan Kejujuran” yang telah diberikan pada kelas VII, terkait dengan usainya Ujian Akhir Semester, kami mengadakan survey terhadap kelas VII sehubungan dengan bagaimana pelaksanaan Ujian Akhir Semester tersebut dan juga UASBN ketika mereka SD dulu. Dari 120 siswa yang menjadi responden, kesemuanya tidak ada yang menjawab "YA" atas pertanyaan, "Apakah kamu jujur dalam mengerjakan soal Ujian Semester kemaren ?" Ini artinya seluruh siswa melakukan kecurangan dalam mengerjakan soal, mulai dari yang paling ringan bertanya kepada temannya, sampai mencontek dengan membuka buku atau catatan. Adapun survey tentang pelaksanaan UASBN SD, dilakukan terhadap responden dari seluruh siswa kelas VII yang berjumlah 120 anak terdiri dari kelas VII A,B,C dan D, dengan memberikan pertanyaan terkait dengan pelaksanaan UASBN. Kepada responden ditekankan untuk bersikap jujur dalam menjawab pertanyaan, karena ini sebagai implementasi nyata karakter jujur yang baru saja disampaikan dalam materi informasi. Pertanyaan dimaksud meliputi :
1. Apakah saat Ujian SD, kamu mengerjakan soal secara jujur ?
2. Apakah saat Ujian SD kamu dibantu oleh gurumu dalam mengerjakan soal ?
3. Jika jawaban no 2 kamu adalah YA, bagaimana cara Guru mu melakukannya ?

Dan hasil survey tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut :
  1. Pertanyaan Pertama : 96,77% siswa menjawab "TIDAK" 
  2. Pertanyaan Kedua   : 52,42% siswa menjawab "YA" 
  3. Pertanyaan Ketiga  :
  •  62,30% siswa menjawab siswa menjawab "Diberi jawaban di kertas kecil" 
  • 2,42% siswa menjawab "Mendapat jawaban lewat SMS" 
  • 3,23% siswa menjawab "Diberi jawaban oleh Pengawas"  
  • Sebanyak 19,16% siswa tidak menjawab
Jika dibandingkan dengan survey tahun sebelumnya, hal ini menunjukkan kemajuan yang sangat baik, di mana pertanyaan tentang pemberian bantuan oleh guru yang sebelumnya dijawab "YA" oleh siswa sebanyak 97,30% turun menjadi 52,42%. Artinya turun 44,88%. 
Semoga ke depan prosentase ini semakin menurun hingga ke titik 0%. Amiin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Karya Wisata 2013



Sabtu 26 Januari 2013, SMP Negeri 3 Bagor melaksanakan kegiatan Karya Wisata untuk kelas VII dan VIII, dengan tujuan Pantai Parangtritis, Keraton Yogjakarta, Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Rombongan berangkat pukul 22.00 sebanyak 4 bis. Sebelum keberangkatan dilaksanakan doa bersama dipimpin oleh Bapak Anang Dwijo Suryanto. Pak Ody Sarodi selaku Ketua Pelaksana sejak 3 hari sebelumnya sudah menyampaikan banyak hal terkait persiapan yang harus dibawa & dilaksanakan siswa. Namun ternyata banyak siswa yang abai akan hal ini. Seperti membawa peralatan sholat, membawa jaket karena bis ber-AC, dan juga agar siswa berhemat dalam pemakaian HP dan dalam membelanjakan uang saku. Banyak bahkan hampir semua anak perempuan tidak membawa mukena, sehingga dijadikan alasan konyol mereka tidak sholat.
Demikian juga dengan siswa laki-2. Hanya beberapa anak saja yang terlihat sholat pada saat waktu sholat tiba. Ketika berada dalam bis, banyak dari siswa yang merasa kedinginan karena ternyata tidak membawa jaket yang disarankan. Dan efek dari hal ini beberapa siswa mabuk kendaraan. Mungkin karena faktor dingin ini juga, yang menyebabkan ada beberapa siswa kelas VII A di Bis 2 yang merokok dan akhirnya tertangkap basah. Pada saat tiba di Parangtritis menjelang subuh, langit mendung. Terlihat jelas tanda-2 akan hujan. Banyaknya pedagang yang menjajakan dagangannya, membuat siswa-2 sudah cukup banyak membeli aneka barang dan suvenir di sini, seperti charger HP manual tanpa listrik, baju dsb. Bahkan ada siswa yg tergiur dengan sebuah pedang/golok seharga Rp. 100.000 yang berhasil ditawar Rp. 50.000. Pukul 05.20, rombongan menuju ke Pantai Parangtritis. Sekitar 30-40 menit di pantai, hujan turun dengan deras, mengguyur para pengunjung termasuk siswa2 SMPN 3 Bagor. Perjalanan dilanjutkan ke RM. NUMANI untuk sarapan dan ke Keraton. Sepanjang perjalanan hujan masih setia mengguyur. Di Keraton, cuaca sangat cerah meski masih ditingkah sedikit gerimis.
Rombongan menjelajah seluruh sudut Keraton dan mengagumi situs dan benda-2 peninggalan jaman dinasti Hamengku Buwono. Usai di Keraton perjalanan dilanjutkan ke Candi Borobudur, namun sebelumnya transit untuk makan siang di RM Sandy. Di kesempatan ini Pak Pardi dengan suara emasnya melantunkan sebuah lagu untuk para pengunjung. Tujuan terakhir wisata adalah Candi Prambanan yang diwarnai pembelian oleh-2 dan suvenir yang menurut pemandu wisata harganya paling murah di antara tempat-lainnya. Transit makan malam di RM Taman sari Solo. Jam 00.30 (setengah 1 dini hari) Alhamdulillah, rombongan tiba kembali di SMPN 3 Bagor, membawa sejumlah oleh-2, suvenir, kenangan dan juga tugas karya tulis yang harus segera dikerjakan. Beberapa anak sudah menyatakan dirinya ijin tidak masuk sekolah Senin 28 Januari 2013 karena merasa capek dan sakit.
Dan pagi harinya, ternyata hanya ada 4 siswa kelas VIII yang masuk, yakni Jumadi, Atik, Yulianto (VIIIA), Nuryani (VIIIB), dan 3 siswa kelas VII yang masuk yakni Atikah (VIIB), Ngatini (VIIC), dan Alfina (VIID). Dan pukul 09.15 pun siswa kelas VII, VIII, IX dipulangkan karena sedari awal tidak ada kegiatan pembelajaran.




28 Januari 2013

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bimbingan Konseling

Foto saya
Nganjuk, Jawa Timur, Indonesia
VISI : Terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal dengan hakekat kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT, sebagai makhluk individu, dan makhluk sosial dalam berhubungan dengan manusia dan alam semesta. Misi : Menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat menjalani kehidupannya sehari-hari sebagai siswa secara efektif, kreatif, dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karis dalam : 1.Pemahaman perkembangan diri dan lingkungan 2.Beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT 3.Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual 4.Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ, dan SQ 5.Pengaktualisasian diri secara optimal
Anang Dwijo Suryanto. Diberdayakan oleh Blogger.