Kisah ini terjadi sekitar 30 tahun yang lalu, sekitar tahun 1983. Kisah Gemplo, seorang anak yatim piatu yang telah ditinggal mati kedua orang tuanya. Saat berusia 9 tahun, ketika Bapaknya meninggal karena sakit bengek dan umur 11 tahun saat Ibunya meninggal karena sakit muntaber akut. Gemplo yang anak tunggal diasuh oleh pamannya yang pemulung, sampai usia 15 tahun atau pada saat dia duduk di bangku kelas 3 SMP. Sejak SD hingga kelas 1 SMP, Gemplo yang wajahnya melas melankolis, yang hitam dan selalu berminyak itu tidak pernah menunjukkan tanda-2 sebagai anak nakal atau bandel. Gelagat dan bakat tersebut mulai nampak menonjol di kelas 2. Diawali dengan kebiasaan terlambat masuk sekolah dan masuk kelas saat pergantian jam pelajaran, lalu sering membolos, tidak mengerjakan tugas atau PR, tidur saat pelajaran berlangsung, cuek dan tidak respek pada guru yang mengajar, terlebih yang tidak mengajarnya, mengganggu teman, mengancam, sampai pada tindak asusila pada teman perempuan.Tak kurang dari Guru, Wali Kelas, Guru BK, Bapak Wakil Kepala Sekolah, bahkan Bapak Kepala Sekolah, sudah pernah menangani si Gemplo ini. Namun kelakuan si Gemplo tak juga berubah. Suatu ketika Wali Kelas mencoba menyentuh hati dan perasaan Gemplo dengan mengingatkan pada almarhum orang tuanya. Tergetar dg sentuhan Wali Kelas berpengaruh pada kelakuan Gemplo. Namun itu hanya bertahan sesaat.
Hari-2 berikutnya kembali Bapak dan Ibu Guru disibukkan dan direpotkan dengan ulah dan akibat dari ulah Si Gemplo. Puncaknya adalah ketika Si Gemplo duduk di kelas 3, berbarengan dengan lulusnya dia dari perguruan bela diri "Alap-alap Samber Nyowo, Rawedi Sopo-sopo". Seolah mendapat kekuatan super, Si Gemplo semakin menjadi-jadi tingkahnya. Tak terhitung berapa banyak temannya yang jadi korban minta-2 paksanya, menjadi lawan berkelahinya, yang tentu banyak kalahnya. Terhadap Guru-2, sudah tak ada lagi rasa takut. Jangankan takut, rasa hormat, menghargai dan memandang sebelah mata saja tidak singgah di hati Gemplo. Sungguh, Gemplo yang secara fisik & kehidupan ekonomis ini sangat patut dikasihani ternyata malah sering makan hati dan melukai hati guru-2nya. Ya .. Guru yang mestinya dihargai sebagai wakil dan pengganti orang tuanya, terlebih orang tuanya sudah meninggal. Sama sekali tidak ada sopan santun terhadap gurunya. Tiap kali ditegur, dia menjawab mengomel sambil matanya menatap berani penuh tantangan, seperti gaya preman saat beraksi. Dalam suatu forum, guru-2 membahas kelakuan Gemplo yg sudah kelewatan ini. Membahas tindakan tegas pada Gemplo ini, Apakah sebaiknya di DO saja, mengingat prestasi belajar sangat rendah dan catatan kenakalannya sudah sedemikian banyak. Namun sebagian besar guru, meski banyak yang sakit hati atas perlakuan Gemplo pada beliau, masih menaruh belas kasihan dan kemanusiaan, mengingat kondisi memprihatinkan Gemplo di rumah, dan akhirnya sepakat memberi kesempatan Gemplo tetap bersekolah sampai dia bisa mengikuti EBTANAS. Dan hari-2 di sekolah pun berlalu dg diwarnai aksi sporadis brutalis dan premanis dari Gemplo, sosok yang ketiadaannya jauh lebih diharapkan, daripada keberadaannya. Hingga suatu hari terjadi kegaduhan luar biasa di pagar belakang sekolah dekat kantin. Beberapa siswi berseragam Olah Raga berteriak histeris sambil menunjuk ke arah pagar berkawat berduri setinggi 2,5 meter sambil sesekali menutup wajahnya, seperti melihat sesuatu yang mengerikan.
Beberapa siswa berlari ke Ruang Guru melaporkan apa yang terjadi kepada Bapak Ibu Guru, yang mungkin ada di sana. "Ada apa ini ?" "Anu Pak, .. ada anak nyangkut di pagar kawat berduri Pak !" jawab si anak terbata-2. "Kamu ini ngomong yang bener ! Anak koq nyangkut di pagar, kayak sampah saja !" Dan ketika dua orang Guru tiba di TKP, beliau melihat pemandangan yang sangat mengerikan. Sosok seorang anak berpakaian seragam sekolah dengan baju robek di bagian perut, celana robek di bagian selangkangan. Dengan usus terburai dan penis hampir putus, berlumur darah segar mengguyur bagian wajah & kepalanya yang lunglai ke bawah. "Gemplo Pak .. ! Itu Gemplo Pak .. ! Teriak anak-2 histeris. Sebagian lari menjauh dengan wajah ketakutan ... sebagian lagi muntah-muntah di tempat.
Gemplo Oh ... Gemplo ...
Label:
Fiksi Horor
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Bimbingan Konseling
- BK SMPN 3 Bagor
- Nganjuk, Jawa Timur, Indonesia
- VISI : Terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal dengan hakekat kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT, sebagai makhluk individu, dan makhluk sosial dalam berhubungan dengan manusia dan alam semesta. Misi : Menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat menjalani kehidupannya sehari-hari sebagai siswa secara efektif, kreatif, dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karis dalam : 1.Pemahaman perkembangan diri dan lingkungan 2.Beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT 3.Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual 4.Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ, dan SQ 5.Pengaktualisasian diri secara optimal
Anang Dwijo Suryanto. Diberdayakan oleh Blogger.
2 komentar:
REALY OM...??? wah ngeri donk deh hi... nastaghfirulloh
Nggak Mas Topek, .. ini cerita fiksi horor, yg semoga bisa jadi hypno shock therapy. Hasil goresan pena pas jaga Ujian Akhir Sekolah, .. Penangkal kantuk yg mendera ...
Posting Komentar