Jangan Menggunakan kata "Sholat" ah ..

Musyawarah Guru Bimbingan Konseling pertemuan ke tiga terakhir, materinya menyusun Buku Pegangan untuk siswa, yang diistilahi dengan Melapendis. Seluruh peserta dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai tingkat kelas dan semester. Kelas VII semester ganjil, Kelas VII semester genap, Kelas VIII semester ganjil, dst. Setelah kelompok dibagi, meski awalnya ada silang sengketa tak perlu dan bermakna terkait teknik pembentukan kelompok, maka bekerjalah para peserta secara berkelompok. Karena waktu tidak mencukupi, pertemuan dengan materi yang sama dilanjutkan minggu depan, hari Sabtu 19 Januari 2013.
Pertemuan kedua terakhir MGBK tanggal 19 Januari 2013 diawali dengan penyampaian materi oleh-oleh Guru BK yang terpilih mewakili Nganjuk untuk mengikuti pelatihan di Surabaya, dengan materi KRR dan Narkoba. Kegiatan dilanjutkan penyusunan materi Melapendis, dengan presentasi oleh kelompok. Tiba giliran kelompok yang menyampaikan materi dengan judul yang cukup gaul, mengadopsi istilah yang lagi ngetrend, yakni STMJ, Nggak Banget ! Salah satu peserta yang tidak mengenal istilah STMJ menanyakan kepada kelompok yang presentasi. Ternyata STMJ adalah singkatan dari "Sholat Terus, Maksiat Jalan". Begitu mendengar kata "sholat" yang menurutnya kurang pas, sang Instruktur menginterupsi dan menyatakan keberatannya. Ucapnya, "kita ini kan sekolah umum, jadi mbok jangan menggunakan kata sholat, karena sholat itu kan hanya untuk orang Islam. Sebaiknya diganti ibadah saja lah, biar lebih umum dan menasional begitu". Sang Instruktur tidak menyadari bahwa memang materi ini mengarah pada bagaimana dan sejauh mana nantinya pelaksanaan sholat lima waktu sebagai ibadah utama ini telah dijalankan oleh siswa. Kelompok presentasi karena terdorong tidak ingin ramai, akhirnya menyatakan ya sudahlah, nanti diganti materinya dengan tidak mencantumkan kata sholat. Sebenarnya kita tidak perlu risau dan galau mengangkat masalah ini sebagai materi. Toh sebagaimana pada presentasi kelompok sebelumnya, bahwasannya materi di Melapendis ini nantinya merupakan sebuah alternatif, bukan materi baku, berkesinambungan yang harus disampaikan pada siswa. Tidak seperti materi bagi Mata Pelajaran yang lain. Karenanya bisa saja sekolah memilih atau mengambil sebagian saja dari materi yang ada di Melapendis yang sekiranya cocok untuk diberikan pada siswanya. Jika misalnya di satu kelas ada siswa non Islamnya, ketika menyampaikan materi STMJ ini, mudah saja misalnya Konselor mengganti kata sholat tadi dengan ibadah ke gereja. Atau misalnya untuk sekolah non Islam yang sudi menggunakan Melapendis ini, ya tinggal lewati saja materi ini dan tidak perlu disampaikan ke siswanya. Jadi penyusun Melapendis tidak perlu sungkan, nggak enak hati pada mereka yang non Islam (yang belum tentu juga menggunakan Melapendis sebagai Buku Pegangan Layanan Informasi di kelas mereka) ketika harus memasukkan materi yang bersifat keagamaan yang mengarah pada pembiasaan sholat ini. Kalau hal seperti ini dipelihara, sikap atau sifat seperti ini dipelihara, bukan mustahil suatu ketika nanti kita akan sungkan untuk mengucap kata ALLOH, atau ASSALAMU'ALAIKUM, karena komunitas di mana kita mengucapkan kata-kata tersebut mungkin tidak semuanya beragama Islam. 
Nah kalau sudah begini, bagaimana dengan Izzah kita sebagai muslim, kalau untuk mengucapkan kata-kata yang berbau Islam saja kita malu, risih, rikuh atau sungkan, dengan dalih apapun ? Dan suatu keniscayaan, mundur dan hancurnya Islam karena musuh-musuh Islam berhasil menjauhkan umatnya dari keakraban terhadap Qur'an, Sunah serta kenikmatan menggunakan istilah-istilah dan kosa kata Islami.
Wallahu'alam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Bimbingan Konseling

Foto saya
Nganjuk, Jawa Timur, Indonesia
VISI : Terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal dengan hakekat kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT, sebagai makhluk individu, dan makhluk sosial dalam berhubungan dengan manusia dan alam semesta. Misi : Menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat menjalani kehidupannya sehari-hari sebagai siswa secara efektif, kreatif, dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karis dalam : 1.Pemahaman perkembangan diri dan lingkungan 2.Beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT 3.Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual 4.Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ, dan SQ 5.Pengaktualisasian diri secara optimal
Anang Dwijo Suryanto. Diberdayakan oleh Blogger.